Jumat, 11 Februari 2011

MODEL PEMBELAJARAN PAKEM II

Salam sukses guru Indonesia, jika dalam artikel model-model pembelajaran (seri I) kita sudah membahas model-model pembelajaran listening Team dan point conterpoint, nah sekarang kita akan membahas model-model pembelajaran inovatif yang lain yaitu Snowball Drilling dan Make A Match. selamat membaca dan mencoba, saya jamin pasti menarik….
3. Snowball Drilling
Metode drill masih memberikan peran besar bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya menjadi objek pembelajaran. Interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa, sementara interaksi antara siswa dan siswa diabaikan. Proses interaksi demikian tidak jarang menimbulkan perasaan takut pada diri siswa. Beban psikis bertambah berat jika siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang diberikan oleh gurunya.
Interaksi belajar mengajar dengan menggunakan metode drill bersifat mekanis. Proses interaktif itu tidak memberi peluang kepada siswa untuk menemukan sendiri informasi. Informasi adalah pemberian guru. Pengetahuan siswa adalah bentukan guru. Proses belajar mengajar seperti itu tidak menciptakan dinamika siswa dalam belajar. Pembelajaran seperti itulah yang dikatakan Paulo Freire sebagai pembelajaran gaya bank atau banking concept of education. Guru merupakan investor, pengetahuan guru adalah modal investasi, dan siswa adalah rekening koran yang mencatat setiap transaksi investasi yang dilakukan guru.
Metode drill selain berdampak negatif pengembangan aspek sosial dan psikologis seperti disampaikan di atas, metode ini juga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan nilai-nilai moralitas. Hal itu terlihat dalam aspek penilaian. Penilaian mutlak dilakukan guru, sementara siswa hanya menerima jadi. Nilai yang diterima itu sebagai bentuk “putusan” sebagaimana seorang hakim menjatuhkan vonis kepada terdakwa. Siswa tidak memperoleh kesempatan untuk menilai proses dan hasil kerjanya sendiri. Jika siswa mendapat kesempatan menilai sendiri banyak manfaat yang diperolehnya. Setidaknya, siswa dapat mengembangkan aspek-aspek moralitas. Dengan menilai sendiri siswa dapat mengetahui dan memahami sampai di mana suatu pengetahuan itu dikuasai. Kesempatan menilai sendiri memberi pembelajaran kepada siswa untuk melihat kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang ada pada dirinya. Jadi, menilai sendiri adalah belajar untuk jujur.
Metode drill mengakibatkan iklim pembelajaran tidak menyenangkan perlu diperbaiki. Perbaikan tentu ditujukan kepada terciptanya efektivitas metode drill. Metode drill mampu menciptakan kondisi motivasional atau medan psikologis/emosi yang positif, sehingga metode tersebut dapat menarik perhatian siswa belajar, menumbuhkan percaya diri, dan kepuasan dalam diri siswa terhadap hal yang dipelajarinya.
Metode snowball drilling, begitu nama yang diberikan atas metode yang dihasilkan dari modifikasi metode drill. Istilah itu tidak dikenal dalam literatur metode-metode pembelajaran. Selama ini yang tertulis dalam literatur metode pembelajaran adalah snow balling. Metode snowball dipergunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan ke kelompok besar sehingga akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara berkelompok. Metode itu akan berjalan dengan baik jika materi yang dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau menuntut siswa berpikir analisis bahkan sintesis.
Berbeda dengan metode snowball, metode snowball drilling tidak dipakai dalam konteks diskusi, melainkan pemberian informasi sebanyak-banyaknya melalui latihan soal-soal. Snowball drilling bukan untuk pembelajaran berbasis masalah melainkan materi-materi yang bersifat faktual. Perbedaan lainnya, istilah snowball tidak menggambarkan proses diskusi dari kelompok kecil menuju kelompok besar, melainkan kecepatan suatu kelompok menyelesaikan paket soal dengan benar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya pada suatu putaran. Semakin cepat paket soal itu dijawab dengan benar pada suatu putaran, semakin besar kesempatan kelas tersebut mendapat paket soal berikutnya.
Metode snowball drilling pada dasarnya sama dengan metode drill. Persamaan itu terletak pada pijakan konstruksi teori yang digunakan yaitu keduanya berdasarkan pada behaviorisme. Perbedaan antara metode drill dan snowball drilling terletak pada pola interaksinya. Metode drill memposisikan guru sebagai subyek dan siswa sebagai objek, sehingga interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa. Dalam metode snowball drilling posisi guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subyek, sehingga pola interaksi yang terjadi adalah antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa. Perbedaan lain antara kedua metode adalah aspek teknis perolehan informasi. Informasi yang diperoleh siswa dalam proses interaktif dengan menggunakan metode drill diperoleh melalui pemberian guru, sementara informasi yang didapat siswa dalam proses interaktif dengan menggunakan metode snowball drilling diperoleh siswa melalui pendekatan trial and error.
Dalam penerapan metode snowball drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket soal-soal dan lembar skoring penilaian yang dibagikan kepada siswa serta menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang siswa yang akan menjawab soal nomor 1. Jika siswa yang mendapat giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar maka siswa itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab soal nomor berikutnya yaitu soal nomor 2. Seandainya, siswa yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal maka siswa itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga siswa tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu.
Jika mencermati mekanisme metode snowball drilling terlihat bahwa metode itu menuntut perhatian tinggi dari siswa. Seorang siswa pada suatu giliran menjawab soal-soal yang belum terjawab benar pada putaran sebelumnya dapat membuat kesalahan yang sama seperti yang dilakukan temannya pada putaran sebelumnya. Kesalahan tidak akan terulang jika siswa itu memperhatikan teman-temannya yang menjawab soal pada putaran sebelumnya. Proses interaksi pembelajaran seperti itu mempunyai implikasi sosial. Metode snowball drilling secara sosial berimplikasi pada tumbuhnya sikap kooperatif.
4. Make A Match
Langkah-langkah :
1. Bagilah siswa menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pemegang kartu jawaban, kelompok pemegang kartu pertanyaan, dan kelompok penilai.
2. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
3. Setiap mendapat satu buah kartu
4. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
5. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
6. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
7. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
8. Dalam waktu yang sudah ditentukan dan siswa telah mendapat pasangan, maka akrtu pertanyaan dan jawaban ditunjukkan kepada kelompok penilai. Kelompok penilai akan memberikan penilaian. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi pada kelompok penilai karena kelompok penilai juga belum tahu jawaban yang pasti bisa jadi kelompok penilai menilai salah pada pasangan yang telah matching antara jawaban dan pertanyaan, dan sebaliknya.
9. Guru memberi ulasan atas pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan mealui metode make a match.

MODEL PEMBELAJARAN PAKEM I

Diantara model pembelajaran PAKEM antara lain :
1. Listening Team
2. Point Conterpoint
Bagaimana 2 model pembelajaran PAKEM ini dijalankan, selamat membaca
1. Listening Team
Langkah-langkah metode tim pendengar:
1. Bagilah peserta didik menjadi 4 team dan berilah team-team ini dengan tugas-tugas sebagai berikut:
Team Peran Tugas
A Penanya Merumuskan pertanyaan
B Pendukung Menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati (membantu dan menjelaskannya, mengapa demikian
C Penentang Mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermanfaat dan menjelaskan mengapa demikian
D Penarik Kesimpulan Menyimpulkan hasil
b. Penyaji memaparkan laporan hasil penelitiannya, setelah selesai beri waktu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.
2. Point-Counterpoint
Langkah-langkah metode pembelajaran point-counterpoint adalah:
1. Pilihlah isu-isu yang mempunyai beberapa perspektif
2. Bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah perspektif yang telah ditentukan.
3. Minta masing-masing kelompok menyiapkan argumen-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok.
4. Kumpulkan kembali semua siswa dengan catatan, siswa duduk berdekatan dengan teman-teman satu kelompok.
5. Mulai debat dengan mempersilakan kelompok mana saja yang akan memulai.
6. Setelah salah seorang siswa menyampakan satu argumen sesuai dengan pandangan kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal issu yang sama.
7. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.
8. Rangkum debat yang baru saja dilaksanakan dengan menggarisbawahi atau mungkin mencari titik temu dari argumen-argumen yang muncul.
Selamat mencoba ya…